Umroh merupakan salah satu ibadah mulia yang Allah anugerahkan kepada umat Islam. Walaupun tidak wajib seperti haji, namun umroh memiliki keutamaan luar biasa yang mampu menjadi perjalanan spiritual menuju hati yang lebih tenang, bersih, dan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Banyak orang menyebut umroh sebagai “tamu Allah”, karena setiap hamba yang berangkat ke Baitullah sejatinya sedang memenuhi panggilan-Nya. Rasulullah ï·º bersabda : “Orang-orang yang mengerjakan haji dan umroh adalah tamu-tamu Allah. Jika mereka berdoa, Allah mengabulkannya; jika mereka memohon ampun, Allah mengampuni mereka.”. (HR. Ibnu Majah, no. 2892)
Dalam artikel ini, kita akan mengupas makna umroh sebagai perjalanan spiritual, keutamaannya, kisah teladan dari para ulama dan sahabat, hingga bagaimana ibadah ini mampu menenangkan hati seorang hamba di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia.
1. Makna Umroh dalam Islam
Secara bahasa, umroh berarti berkunjung. Sementara menurut syariat, umroh adalah berkunjung ke Baitullah untuk melaksanakan thawaf, sa’i, dan tahallul dengan tata cara tertentu. Meski tidak diwajibkan setiap Muslim sebagaimana haji, umroh tetap memiliki kedudukan agung. Rasulullah ï·º pernah ditanya tentang umroh, beliau bersabda : “Satu umroh ke umroh yang lain menjadi penghapus dosa di antara keduanya, dan haji mabrur tiada balasan selain surga.”. (HR. Bukhari dan Muslim). Makna ini menunjukkan betapa umroh bukan sekadar ritual, tetapi sebuah proses penyucian jiwa yang mampu menenangkan hati.
2. Keutamaan Umroh sebagai Penyucian Diri
Umroh memiliki banyak keutamaan, di antaranya :
- Menghapus dosa-dosa kecil. Sebagaimana hadits di atas, umroh menjadi sarana penghapus kesalahan di antara dua umroh.
- Menguatkan ikatan iman. Ketika seorang Muslim berdiri di depan Ka’bah, ia merasakan betapa kecil dirinya di hadapan kebesaran Allah. Inilah yang melahirkan ketenangan hati.
- Mendapat doa yang mustajab. Rasulullah ï·º menegaskan bahwa doa jamaah umroh termasuk yang dikabulkan oleh Allah.
- Kesempatan meraih pahala besar. Ibadah di Masjidil Haram memiliki pahala berlipat ganda, sebagaimana sabda Nabi ï·º : “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama dari seribu shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu shalat di masjid lainnya.”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim)
3. Umroh Sebagai Perjalanan Hati
Ibadah umroh tidak hanya perjalanan fisik menuju Makkah, tetapi lebih dari itu merupakan perjalanan hati. Bagi banyak orang, umroh menjadi momen perenungan diri :
- Tentang dosa-dosa masa lalu yang telah dilakukan.
- Tentang nikmat Allah yang sering dilupakan.
- Tentang kerinduan untuk kembali pulang dengan hati yang bersih.
Seorang ulama salaf berkata : “Barangsiapa ingin melihat keadaan hatinya, lihatlah bagaimana ia berdiri di hadapan Ka’bah. Jika ia hadir dengan rasa haru dan tunduk, maka hatinya masih hidup. Jika ia kaku, maka hatinya perlu disucikan.”
4. Kisah Teladan dari Para Sahabat dan Ulama
Banyak kisah inspiratif yang menggambarkan bagaimana umroh memberikan ketenangan hati.
Kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu
Umar pernah berkata, “Aku tidak memiliki kerinduan yang lebih besar selain kerinduan untuk shalat di Masjidil Haram dan thawaf di Baitullah.” Kerinduan Umar menunjukkan bahwa ibadah umroh mampu menenangkan jiwa bahkan bagi seorang pemimpin besar.
Imam Syafi’i rahimahullah
Beliau dikenal sering melakukan perjalanan ke Makkah. Dalam salah satu riwayat, beliau menangis tersedu-sedu ketika memandang Ka’bah, lalu berkata : “Di sinilah hati menjadi lembut, di sinilah doa-doa naik ke langit, dan di sinilah seorang hamba benar-benar merasa hina di hadapan Allah.”
5. Dimensi Spiritual Umroh
Umroh bukan hanya sekadar thawaf dan sa’i, melainkan pengalaman rohani yang melibatkan seluruh aspek hati dan jiwa.
- Saat thawaf, seorang Muslim berputar mengelilingi Ka’bah sebagai simbol ketundukan total kepada Allah.
- Saat sa’i, ia mengingat perjuangan Siti Hajar yang mencari air untuk Ismail, sebagai simbol tawakkal dan usaha.
- Saat tahallul, ia mencukur rambut sebagai tanda kerendahan hati dan penyucian diri.
Semua rangkaian ini membentuk kesadaran bahwa hidup hanyalah pengabdian kepada Allah, dan ketenangan sejati lahir dari kepasrahan kepada-Nya.
6. Doa-Doa Mustajab Saat Umroh
Banyak doa yang diajarkan Rasulullah ï·º ketika berada di Makkah, di antaranya :
- Doa saat memasuki Masjidil Haram : “Allahumma antas-salam wa minka as-salam, fa hayyina rabbana bis-salam.”
- Doa di Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah), yang dianggap mustajab oleh para sahabat.
- Doa ketika sa’i, mengingat perjuangan Siti Hajar : “Rabbighfir warham, innaka antal a’azzul akram.”
Setiap doa yang dipanjatkan di tanah suci memiliki kedekatan khusus kepada Allah, sehingga hati seorang hamba pun dipenuhi ketenangan.
7. Umroh dan Ketenangan Hati
Mengapa umroh bisa membawa ketenangan hati ?
- Dekat dengan Allah. Di hadapan Ka’bah, seorang hamba merasa langsung berada di bawah naungan kasih sayang-Nya.
- Meninggalkan dunia sejenak. Saat berada di tanah suci, dunia dan urusan materi seakan sirna. Fokus hanya tertuju kepada Allah.
- Meraih ukhuwah sesama Muslim. Bertemu dengan saudara seiman dari berbagai negara menumbuhkan persaudaraan dan kebahagiaan.
8. Nasehat Ulama tentang Umroh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah pernah berkata : “Tidak ada sesuatu yang lebih menenangkan hati, melapangkan dada, dan menguatkan jiwa dibanding perjalanan menuju rumah Allah.”. Ini menegaskan bahwa ketenangan batin yang sejati bukan berasal dari harta atau kedudukan, melainkan dari perjalanan rohani menuju Allah.
9. Persiapan Ruhani Sebelum Umroh
Agar umroh benar-benar menjadi perjalanan spiritual yang menenangkan hati, seorang Muslim hendaknya mempersiapkan diri :
- Niat yang ikhlas – menjadikan umroh sebagai ibadah, bukan sekadar wisata.
- Taubat dan memperbaiki diri – membersihkan hati dari dosa sebelum melangkah.
- Bekal doa dan ilmu – memahami tata cara umroh agar tidak lalai.
- Menjaga akhlak – karena adab di tanah haram adalah cerminan ketakwaan.
10. Umroh Berulang Kali : Hikmah dan Makna
Sebagian orang diberikan rezeki untuk berulang kali menunaikan umroh. Apakah ini berlebihan?
Ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan lebih baik menyedekahkan biaya umroh tambahan untuk membantu fakir miskin, namun jika hatinya memang rindu ke Baitullah, tidak ada larangan.
Yang terpenting adalah ikhlas, karena setiap langkah menuju Ka’bah adalah perjalanan hati mencari ketenangan.
Umroh adalah perjalanan istimewa yang bukan hanya memindahkan jasad dari tanah air menuju tanah suci, melainkan juga memindahkan hati dari kelalaian menuju kesadaran, dari kegelisahan menuju ketenangan, dan dari dosa menuju ampunan Allah.
Semoga setiap kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya, agar hati kita senantiasa dipenuhi dengan ketenangan dan cahaya iman.
“Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu adalah dari ketakwaan hati.”. (QS. Al-Hajj: 32)
0 Comments