Ingin Pertolongan Allah Tapi Sholat Masih Bolong-Bolong? Ini Jawaban yang Menyentuh Hati

 Ingin Pertolongan Allah Tapi Sholat Masih Bolong-Bolong? Ini Jawaban yang Menyentuh Hati

Antara Doa dan Ketaatan yang Tak Seimbang
Setiap manusia pasti pernah berdo'a memohon pertolongan Allah. Dalam setiap ujian, sakit, kesulitan ekonomi, dan kegelisahan hati, lisan kita tak henti mengucap, “Ya Allah, tolong aku.” Namun di sisi lain, masih banyak di antara kita yang dengan mudah meninggalkan kewajiban sholat lima waktu — tiada waktu untuk menghadap-Nya, sementara kita berharap Allah selalu hadir dalam setiap kesempitan.
Inilah realita yang sedang diingatkan oleh Ustad Aris Alwi dalam dakwahnya kali ini. Dengan tegas namun penuh kasih, beliau mengingatkan : “Bagaimana mungkin kita ingin Allah menolong kita, sementara kita enggan memenuhi panggilan-Nya lima kali sehari? Pertolongan Allah turun kepada orang yang menjaga hubungannya dengan Allah.”. Kalimat sederhana namun dalam maknanya. Karena sholat bukan hanya kewajiban, tapi juga pintu pertolongan, kunci ketenangan, dan tanda keimanan.

Sholat : Tanda Keterhubungan Antara Hamba dan Sang Pencipta

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an : “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”. (QS. Al-Baqarah: 45). Ayat ini adalah pesan langsung dari Allah, bahwa jalan pertolongan-Nya terletak pada dua hal : sabar dan shalat.
Sholat bukan hanya rutinitas gerakan fisik, melainkan sarana komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Rabb-nya.
Dalam hadits shahih, Rasulullah ï·º bersabda : “Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat; barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir.”. (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Nasa’i)
Hadits ini menegaskan, bahwa sholat adalah pembeda antara iman dan kufur. Seseorang yang mengaku beriman, namun mengabaikan sholat, seakan telah memutus jembatan komunikasi dengan Allah.
Maka wajar bila pertolongan Allah terasa jauh, sebab kita sendiri yang menjauhkan diri dari-Nya.

Mengapa Sholat Sering “Bebolong”?

Ustad Aris Alwi menjelaskan dalam ceramahnya, banyak orang yang mengaku sibuk, letih, atau belum “sempat” sholat. Padahal, tak ada waktu yang benar-benar sempit untuk seseorang yang mengutamakan Allah. “Banyak orang menunda sholat karena pekerjaan, padahal keberkahan pekerjaan itu datang dari sholat yang tepat waktu,” ujar beliau.
Ketika sholat dijadikan pilihan terakhir, bukan prioritas, maka kehidupan pun kehilangan keberkahannya.
Sholat yang “bolong-bolong” mencerminkan hati yang belum menempatkan Allah di posisi tertinggi.
Dalam salah satu nasihat ulama terdahulu disebutkan : “Jika engkau ingin tahu seberapa pentingnya Allah bagimu, lihatlah seberapa pentingnya sholat bagimu.”
Begitu sederhana, tapi sangat menampar kesadaran kita.

Pertolongan Allah Tidak Diberi Gratis — Tapi Dihadiahi kepada yang Taat

Allah Maha Pemurah, benar. Tapi dalam urusan pertolongan, ada sunatullah yang tak bisa diabaikan : Allah menolong mereka yang menjaga hubungan dengan-Nya.
Rasulullah ï·º bersabda : “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.”. (HR. Tirmidzi)
Makna “menjaga Allah” di sini adalah menjaga syariat-Nya — termasuk sholat lima waktu.
Ustad Aris Alwi menegaskan : “Kalau kita masih sering lalai dalam sholat, jangan heran jika hidup terasa sempit. Allah tidak menjauh, tapi kita yang menutup diri dari cahaya pertolongan-Nya.”
Pertolongan Allah tidak pernah tertunda, hanya saja kita belum layak menerimanya.

Kisah Teladan: Umar bin Khattab dan Kekuatan Sholat

Dalam sejarah Islam, banyak kisah yang membuktikan bahwa sholat adalah sumber kekuatan dan kemenangan. Salah satunya adalah kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, khalifah yang dikenal tegas dan pemberani.
Suatu hari, pasukan Muslimin diutus untuk menghadapi musuh dalam jumlah besar. Umar tidak langsung mengandalkan strategi perang atau kekuatan pasukan. Beliau terlebih dahulu mengumpulkan para sahabat untuk sholat dan memohon pertolongan Allah. Umar berkata : “Kita tidak menang karena jumlah atau senjata, tapi karena sholat dan doa yang mendekatkan kita pada Allah.”. Subhanallah.
Inilah rahasia kemenangan sejati. Sholat bukan hanya ibadah, tapi senjata spiritual yang menembus segala keterbatasan manusia.

Sholat sebagai Cermin Kehidupan

Ustad Aris Alwi sering mengingatkan jamaahnya bahwa kondisi sholat seseorang menggambarkan bagaimana kehidupannya. Jika sholatnya malas, kehidupannya pun penuh kemalasan. Jika sholatnya tepat waktu dan khusyuk, maka hatinya pun akan teratur dan tenang. “Lihatlah orang yang menjaga sholatnya, insyaAllah hidupnya pun dijaga oleh Allah. Tapi orang yang melalaikan sholatnya, hidupnya juga akan mudah lalai dari kebaikan,” ujar beliau.
Sholat adalah barometer iman. Semakin kuat hubungan kita dengan Allah melalui sholat, semakin dekat pula pertolongan-Nya menghampiri.

Ketika Sholat Bukan Beban, Tapi Kebutuhan Jiwa

Orang yang hatinya sudah terikat dengan Allah tidak melihat sholat sebagai kewajiban berat. Mereka justru menantikan waktu sholat seperti tamu yang menantikan undangan dari kekasihnya.
Rasulullah ï·º bersabda : “Wahai Bilal, tenangkan kami dengan sholat.”. (HR. Abu Dawud)
Sholat bagi Nabi bukan sekadar ritual, tapi sumber ketenangan dan energi ruhani.
Maka jika kita masih merasa berat untuk sholat, artinya hati kita belum benar-benar mengenal manisnya berjumpa dengan Allah.
Ustad Aris Alwi mengatakan : “Cobalah datang ke masjid bukan karena kewajiban, tapi karena rindu. Karena saat hati rindu, langkah menuju Allah terasa ringan.”

Menata Sholat, Menjemput Pertolongan

Pertolongan Allah sering datang dengan cara yang tidak terduga. Tapi untuk menjemputnya, Allah memberi jalan yang sangat jelas : taat dan istiqamah dalam ibadah.
Sholat lima waktu bukan hanya kewajiban pribadi, tapi juga investasi pertolongan Allah di masa sulit.
Bahkan ketika kita menghadapi masalah berat, sholat adalah tempat terbaik untuk menenangkan diri.
Allah berfirman : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan, ia menjadi kikir. Kecuali orang-orang yang melaksanakan sholat.”. (QS. Al-Ma’arij: 19–22)
Perhatikan kalimat terakhir: “Kecuali orang-orang yang melaksanakan sholat.”
Artinya, sholatlah yang membedakan antara manusia yang gelisah dan manusia yang tenang, antara yang lemah dan yang kuat, antara yang terus mengeluh dan yang terus berjuang.

Jadikan Sholat Prioritas, Bukan Sisa Waktu

Menutup artikelnya, Ustad Aris Alwi memberikan pesan tegas tapi lembut : “Kalau engkau ingin Allah hadir dalam setiap urusanmu, maka hadirkan dirimu di hadapan-Nya lima kali sehari. Jangan berharap keajaiban datang jika panggilan Allah saja engkau abaikan.”
Kalimat ini menjadi cermin bagi kita semua.
Berapa kali kita meminta Allah menolong kita, tapi berapa kali pula kita menunda-nunda sholat?
Sholat bukan hanya kewajiban formalitas, tapi bukti cinta dan keimanan.
Refleksi Akhir: Pertolongan Allah untuk Mereka yang Menjaga Sholatnya
Hidup ini penuh ujian. Setiap kita akan diuji dengan kesulitan, kesedihan, bahkan ketakutan. Namun bagi mereka yang menjaga sholatnya, Allah menjanjikan ketenangan dan pertolongan.
Rasulullah ï·º bersabda : “Barangsiapa menjaga sholat lima waktu, niscaya baginya cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat.”
(HR. Ahmad)
Sholat adalah cahaya — dan pertolongan Allah adalah sinarnya.
Jika kita ingin Allah menolong, maka jadikan sholat bukan sekadar rutinitas, tapi pertemuan yang dirindukan.
🌿 Karena sholat bukan sekadar ibadah, tapi jalan menuju pertolongan Allah.






This Is The Newest Post
Load comments

0 Comments