Bagi mereka yang baru mengenal Islam, hidup bisa terasa seperti menapaki jalan yang asing dan penuh ujian. Kadang muncul kebingungan, ketakutan, bahkan keraguan. Mungkin ada yang harus kehilangan keluarga, ditolak teman, atau berjuang sendirian untuk mempertahankan keimanan yang baru tumbuh. Tapi di tengah semua itu, Islam memberikan jalan ketenangan yang tidak bisa diberikan oleh dunia—yaitu tawakal, berserah diri sepenuhnya kepada Allah.
Dalam Islam, kita diajarkan bahwa Allah adalah sebaik-baik Pengatur, sebaik-baik Penolong, dan sebaik-baik Pelindung. Maka, menyerahkan segala urusan kepada Allah bukan tanda kelemahan, tapi puncak dari kekuatan iman.
1. Islam adalah Jalan Damai, Bukan Beban
Masuk Islam bukan berarti kehidupan menjadi berat, melainkan berubah arah : dari mengandalkan diri dan manusia, menjadi mengandalkan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya." (QS. At-Talaq: 2-3)
Ayat ini adalah pelita bagi siapa pun yang merasa takut dan bingung setelah memeluk Islam. Allah menjamin bahwa siapa pun yang bertakwa dan berserah diri akan dibukakan jalan keluar dari masalah dan diberi rezeki yang tak terduga.
2. Tawakal : Kunci Tenang di Tengah Ujian
Tawakal adalah sikap menyerahkan sepenuhnya hasil dari setiap urusan kepada Allah, setelah kita melakukan ikhtiar atau usaha semampunya. Ini bukan pasrah tanpa usaha, tapi kepercayaan penuh setelah melakukan bagian kita.
Rasulullah ï·º bersabda : "Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung : ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. At-Tirmidzi, no. 2344)
Bagi seorang mualaf, hadis ini bisa menjadi penguat hati. Allah tidak menuntut kita menjadi sempurna, hanya menuntut kita untuk yakin bahwa Dia akan mencukupi kebutuhan kita, selama kita tetap melangkah di jalan-Nya.
3. Contoh Keteladanan : Sahabat Mualaf Zaman Nabi
Banyak sahabat Nabi ï·º dulunya juga mualaf yang menghadapi cobaan berat. Salah satunya adalah Mush'ab bin Umair. Ia berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang kaya raya. Ketika ia masuk Islam secara diam-diam, keluarganya menolak dan mengusirnya. Ia kehilangan harta, kenyamanan, dan status.
Namun apa yang ia dapat? Ia menjadi duta pertama Islam ke Madinah, dan melalui tangannya banyak orang masuk Islam. Bahkan Rasulullah ï·º pernah menangis saat melihat jasad Mush’ab yang syahid dalam perang Uhud, karena tak ada kain cukup untuk menutup seluruh tubuhnya.
Apa yang membuat Mush’ab tegar? Tawakal. Ia yakin bahwa kehilangan dunia bukan apa-apa dibandingkan dengan mendapatkan ridha Allah.
4. Allah yang Menggenggam Hati dan Masa Depan
Kadang kita bingung apakah hidup ini akan menjadi lebih baik setelah masuk Islam. Tapi yakinlah, Allah adalah Pemilik segalanya. Dia yang membolak-balikkan hati manusia. Bahkan jika ada keluarga yang membenci atau menjauh, Allah bisa mengubah hati mereka kapan saja.
Allah berfirman : "Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Ini bukan sekadar ayat, tapi pengingat yang lembut bagi hati-hati yang terluka. Terkadang, kehilangan kenyamanan dunia adalah awal dari petunjuk Allah menuju kebaikan yang lebih besar.
5. Mualaf : Tamu Kehormatan Allah
Tahukah bahwa mualaf itu memiliki kedudukan istimewa? Rasulullah ï·º sangat memperhatikan para mualaf. Bahkan dalam pembagian zakat dan rampasan perang, mualaf sering mendapatkan bagian khusus agar hatinya mantap dalam Islam (disebut muallafatu qulubuhum).
Di zaman sekarang, meski tak ada negara Islam yang membagikan harta seperti dulu, Allah tetap menjaga hati para mualaf dengan cara-Nya. Dia akan kirimkan pertolongan, pertemukan dengan orang-orang baik, atau bukakan jalan keluar dari arah yang tak disangka.
6. Jalan Menuju Keteguhan : Langkah Kecil, Niat Besar
Bagi para mualaf, perjalanan ini mungkin berat di awal. Tapi langkah kecil dengan niat yang tulus lebih berharga di sisi Allah dibanding amalan besar tapi tanpa keikhlasan.
Beberapa langkah sederhana untuk menguatkan tawakal dan keyakinan kepada Allah :
- Sholat lima waktu : Ini adalah sumber kekuatan terbesar. Dalam sujudmu, serahkan segalanya kepada Allah.
- Berdoa dengan bahasa sendiri : Tak perlu khawatir belum bisa bahasa Arab. Allah paham semua bahasa, termasuk bahasa air mata.
- Membaca Al-Qur’an meski sedikit : Bahkan satu ayat sehari bisa menjadi cahaya di hatimu.
- Bersahabat dengan orang-orang shalih : Lingkungan baik akan menumbuhkan iman.
7. Jangan Takut Menangis, Allah Tahu Perjuanganmu
Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Jika kamu merasa sendiri, menangislah kepada Allah. Rasulullah ï·º bersabda : "Sesungguhnya Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir." (HR. Muslim)
Tangisan di hadapan Allah bukan kelemahan, tapi bentuk keberanian tertinggi. Karena hanya hamba yang yakin pada kasih sayang Tuhannya yang mau mengadu dan berserah sepenuhnya.
8. Dunia Sementara, Akhirat Selamanya
Kita hidup di dunia hanya sebentar. Ujian, kehilangan, dan rasa sepi akan berakhir. Tapi ganjaran dari tawakal dan keimanan akan kekal selamanya.
"Dan sungguh, Kami akan benar-benar menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
Bagi mualaf, sabar dan tawakal adalah kunci untuk melewati ujian itu semua. Dan kabar gembira dari Allah adalah janji yang tak akan pernah diingkari.
9. Serahkan, Lalu Lihat Bagaimana Allah Bertindak
Saat kamu menyerahkan urusan kepada Allah, kamu akan melihat keajaiban-keajaiban yang tak bisa dijelaskan logika. Allah akan menyusun skenario terbaik. Kadang Dia tidak mengubah situasi langsung, tapi menguatkan hatimu untuk bertahan dan bersyukur.
Ingatlah, bahkan Nabi Musa pun dikejar oleh Firaun di depan laut merah, namun Allah membelah laut untuknya. Bahkan Nabi Ibrahim dilempar ke api, tapi Allah jadikan api itu dingin. Tidak ada yang mustahil jika Allah sudah turun tangan.
10. Penutup : Berserah Bukan Berhenti, Tapi Melangkah dengan Iman
“Serahkan segala urusan kepada Allah” bukan berarti berhenti berusaha. Tapi artinya, kita tidak lagi menggantungkan hasil pada dunia, tapi pada kehendak Allah. Ini adalah kebebasan jiwa tertinggi. Tidak lagi takut kehilangan, tidak lagi khawatir ditolak, karena hati telah yakin bahwa Allah-lah yang memegang segalanya.
Bagi para mualaf, teruslah melangkah. Walau jalan terasa asing dan gelap, yakinlah bahwa Allah bersamamu. Doa-doamu didengar. Air matamu dicatat. Dan kesabaranmu akan dibalas dengan pahala yang tak ternilai.
"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali 'Imran: 173)
0 Comments