Pagi adalah waktu yang paling sibuk bagi banyak orang. Ada yang bergegas ke kantor, ada yang menyiapkan dagangan, ada pula yang terburu-buru mengejar target duniawi. Namun di tengah hiruk pikuk itu, ada segelintir hamba yang memilih menepi sejenak, mengangkat tangan, dan menundukkan dahi di atas sajadah—mereka sedang melaksanakan sholat dhuha, sebuah amalan ringan namun dahsyat dalam mendatangkan keberkahan dan ketenangan.
Tak banyak yang menyadari, di balik dua rakaat di waktu dhuha, tersimpan rahasia besar pembuka pintu rezeki dan penenang hati. Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan amalan ini, bahkan menasihati umatnya untuk menjadikannya kebiasaan harian. Karena sholat dhuha bukan sekadar ibadah tambahan, tapi tanda syukur atas nikmat tubuh dan waktu yang Allah anugerahkan.
Makna Spiritual di Balik Sholat Dhuha
Kata dhuha berarti waktu matahari mulai naik, sekitar pukul 7 hingga menjelang tengah hari. Waktu itu disebut dalam Al-Qur’an :
وَٱلضُّحَىٰ. وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
“Demi waktu dhuha. Dan demi malam apabila telah sunyi.”. (QS. Adh-Dhuha: 1–2)
Surat Adh-Dhuha turun sebagai penghibur bagi Rasulullah ﷺ ketika beliau merasa berat dan diuji. Allah menegaskan, bahwa di balik terang dhuha ada cahaya harapan setelah gelapnya ujian. Itulah mengapa dhuha bukan sekadar waktu, tapi simbol keteguhan dan optimisme hidup.
Ketika seseorang memulai hari dengan sholat dhuha, sebenarnya ia sedang “menyetel ulang” hatinya—mengembalikan semangat, menenangkan pikiran, dan meneguhkan keyakinan bahwa rezeki yang halal datangnya hanya dari Allah.
Hadits-Hadits Tentang Keutamaan Sholat Dhuha
Rasulullah ﷺ bersabda : “Di setiap persendian tubuh manusia terdapat sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan dua rakaat dhuha mencukupi semua itu.”. (HR. Muslim)
Hadits ini menggambarkan bahwa setiap sendi tubuh kita memerlukan rasa syukur. Sholat dhuha adalah bentuk syukur jasmani dan ruhani sekaligus. Dua rakaat ringan itu bagaikan kita membayar “utang syukur” kepada Allah atas kemampuan bergerak, bekerja, dan bernapas.
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda : “Barang siapa yang rutin melaksanakan sholat dhuha, niscaya dosanya akan diampuni meski sebanyak buih di lautan.”. (HR. Tirmidzi)
Dan dalam riwayat lain : “Wahai anak Adam, janganlah engkau meninggalkan empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga sore hari.”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Lihatlah janji Allah dalam hadits ini — bukan sekadar rezeki finansial, tapi kecukupan lahir batin. Allah menjamin kemudahan bagi siapa pun yang menegakkan dhuha dengan tulus.
Dhuha : Magnet Rezeki dan Sumber Kemudahan
Setiap pagi, manusia mencari rezeki : dengan bekerja, berdagang, atau berusaha. Namun, di antara ikhtiar itu, ada satu kunci spiritual yang sering dilupakan — menyambungkan awal hari dengan sujud dhuha. Banyak orang menyangka rezeki hanya datang dari kerja keras. Padahal, kerja keras tanpa keberkahan bisa menjadi lelah yang sia-sia. Sholat dhuha adalah cara seorang hamba “mengundang” Allah untuk turut campur dalam urusannya.
Salah satu ulama, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, mengatakan : “Barang siapa yang ingin lapang rezekinya, maka jangan tinggalkan dhuha. Karena waktu dhuha adalah saat pintu-pintu langit dibuka dan rahmat Allah diturunkan.”
Bahkan, dalam pengalaman banyak orang saleh, rutinitas dhuha membawa keajaiban tersendiri. Ada yang hutangnya perlahan lunas, ada yang usahanya berkembang, ada yang kehidupannya jadi ringan dan penuh syukur. Semua bukan kebetulan, melainkan janji Allah kepada mereka yang mengingat-Nya di waktu yang kebanyakan manusia melupakannya.
Ketenangan Jiwa di Balik Dua Rakaat
Selain membuka pintu rezeki, sholat dhuha juga menghadirkan ketenangan batin yang tak bisa dibeli dengan apa pun. Ketika seseorang berwudhu dan menunaikan sholat di pagi hari, sebelum tenggelam dalam urusan dunia, ia sedang menyiapkan jiwanya agar stabil dan sabar menghadapi hari.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan dalam kitab Zadul Ma’ad : “Barang siapa yang menjaga sholat dhuha, maka Allah akan menjaganya dari kesempitan hati dan kerisauan hidup.”
Secara psikologis, dhuha menjadi momen mind reset — menyegarkan mental, memperkuat fokus, dan menurunkan stres. Orang yang melaksanakan dhuha secara rutin akan merasakan ketenangan dalam bekerja, karena ia sudah menyerahkan urusannya kepada Allah sejak pagi.
Teladan dari Rasulullah ﷺ dan Para Sahabat
Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah meninggalkan sholat dhuha, bahkan ketika dalam perjalanan. Dalam riwayat Ummu Hani’ radhiyallahu ‘anha, beliau melaksanakan delapan rakaat dhuha setelah penaklukan Makkah (HR. Bukhari dan Muslim).
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : “Kekasihku (Rasulullah ﷺ) berwasiat kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, sholat dua rakaat dhuha, dan sholat witir sebelum tidur.”.(HR. Bukhari & Muslim). Lihatlah bagaimana Rasulullah ﷺ menempatkan dhuha sejajar dengan ibadah utama lainnya. Itu bukan kebetulan, melainkan tanda betapa besar nilai dhuha di sisi Allah.
Antara Rezeki dan Ibadah : Keseimbangan yang Harus Dijaga
Kita sering mendengar: “Yang penting kerja keras, nanti rezeki datang sendiri.”. Padahal, kerja keras tanpa ridha Allah justru bisa menjauhkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang memulai hari dengan doa dan sujud dhuha, seolah “memanggil” keberkahan sebelum turun ke lapangan.
Rasulullah ﷺ bersabda : “Allah berfirman: Wahai anak Adam, cukupkanlah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupi urusanmu di sepanjang hari.”. (HR. Tirmidzi)
Bayangkan, dua atau empat rakaat di pagi hari mampu mengundang pertolongan Allah untuk sepanjang siang. Inilah rahasia yang sering luput di tengah kesibukan dunia kerja modern.
Mengapa Banyak yang Lalai dari Sholat Dhuha?
Sibuk. Itu alasan paling umum.
Buru-buru ke kantor, macet di jalan, atau dikejar waktu. Namun, bukankah justru karena sibuk kita perlu pertolongan Allah?
Dhuha tidak lama. Dua rakaat pun cukup. Tapi dampaknya besar untuk hati dan rezeki.
Sering kali, yang membuat seseorang sulit dhuha bukan karena tidak sempat, tapi karena belum terbiasa mensyukuri pagi. Padahal waktu dhuha adalah momen paling jernih, ketika udara segar, cahaya lembut, dan hati masih belum terbebani urusan dunia. Siapa yang mengisinya dengan ibadah, ia sedang menanam benih keberkahan untuk seharian penuh.
Pondok Sehat Malomo YHI Tours: Dakwah dalam Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Melalui program dakwah dan perjalanan umroh yang penuh makna, Pondok Sehat Malomo YHI Tours senantiasa mengajak umat Islam untuk menyeimbangkan antara ikhtiar dunia dan bekal akhirat.
Salah satu pesan yang selalu disampaikan oleh Ustad Aris Alwi dalam setiap kajiannya adalah : “Kunci keberkahan bukan hanya di tanah suci, tapi juga di waktu-waktu suci. Salah satunya adalah waktu dhuha.”
Dhuha adalah “tanah suci kecil” di hati setiap mukmin. Di sanalah kita menyapa Allah di awal hari, memohon agar langkah-langkah mencari rezeki diberi arah yang benar dan hasil yang halal.
Seperti umroh yang menenangkan jiwa, dhuha juga menguatkan hati.
Keduanya adalah perjalanan spiritual — yang satu jauh menembus tanah haram, dan yang satu dekat menembus ruang hati.
Mulailah Hari Esok dengan Dua Rakaat
Banyak orang mencari resep hidup berkah, rezeki lancar, hati tenang, keluarga harmonis. Jawabannya ada dalam dua rakaat ringan di waktu dhuha. Sholat dhuha bukan amalan berat, tapi dampaknya besar bagi yang mengamalkannya dengan istiqamah. Mulailah dari yang kecil: dua rakaat saja setiap pagi sebelum berangkat kerja. Lakukan dengan niat tulus, bukan karena ingin kaya, tapi karena ingin dekat dengan Allah. Maka kekayaan akan datang dalam bentuk yang lebih luas: keberkahan, ketenangan, dan kecukupan.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ : “Barang siapa menjaga sholat dhuha, Allah akan mencukupi kebutuhannya.”.(HR. Ahmad)
Dan siapa yang cukup dengan Allah, niscaya dunia akan cukup baginya.



0 Comments